Waktu kecil, kita terutama
saya pasti familiar dengan lagu-lagu singkat yang umumnya berisi tentang tema
permainan atau sebuah kelakar. Oleh karena saya orang Jawa, maka lagu-lagu yang
saya kenal waktu itu sebagian besar lagu berbahasa Jawa. Di Yogyakarta, umumnya
lagu-lagu ini disebut dengan Lagu Dolanan Anak. Tidak hanya satu atau dua
karena banyak sekali Lagu Dolanan Anak yang ada di Yogyakarta dan sekitarnya,
misalnya Jamuran, Gundhul-gundhul Pacul, Padhang Rembulan, Sluku-sluku Bathok, Menthok,
dan masih banyak lagi. Lagu-lagu tersebut pada dasarnya tidak diajarkan secara
formal, seperti di sekolah tetapi biasanya dikenalkan dari mulut ke mulut baik
dari lingkungan teman-teman sekitar, ataupun oleh orang tua di rumah. Akan
tetapi patut disayangkan, sebab saat ini hanya segelintir anak yang mengenali
lagu-lagu tersebut. Siapakah yang berperan penting memperkenalkan lagu-lagu ini
kepada anak-anak penerus budaya bangsa??
Dolanan dalam bahasa Indonesia
berarti permainan, jadi Lagu Dolanan Anak adalah lagu-lagu yang berisi dan
bercerita tentang permainan seputar dunia anak atau bisa juga berisi tentang
sebuah nasehat (petuah). Dalam hal ini bisa berarti lagu sebagai pengiring
dalam permainan atau hanya sebagai sebuah ungkapan kegembiraan. Banyak sekali Lagu Dolanan Anak baik dalam bahasa Jawa maupun etnis lainnya, terutama
lagu dalam bahasa Indonesia itu sendiri. Tidak perlu saya sebutkan satu persatu
karena tentu saja semua sudah pasti mengenal lagu-lagu permainan anak sesuai
daerah masing-masing. Seperti yang telah saya sebutkan sebelumnya, bahwa
lagu-lagu dari Yogyakarta juga banyak macamnya. Setiap lagu memiliki cerita
atau makna tertentu. Berikut ini ada beberapa contohnya:
1. Lagu Gundhul-gundhul Pacul ; lagu ini berisi tentang ungkapan kelucuan terhadap anak kecil dengan potongan rambut botak (Jawa = gundhul) yang berjalan dengan lagak sombong tapi kena batunya, karena tempat nasi yang dibawanya jatuh dan berceceran oleh ulahnya sendiri. Lagu ini bisa menyiratkan makna untuk jangan meniru sikapnya yang berlagak sombong,
1. Lagu Gundhul-gundhul Pacul ; lagu ini berisi tentang ungkapan kelucuan terhadap anak kecil dengan potongan rambut botak (Jawa = gundhul) yang berjalan dengan lagak sombong tapi kena batunya, karena tempat nasi yang dibawanya jatuh dan berceceran oleh ulahnya sendiri. Lagu ini bisa menyiratkan makna untuk jangan meniru sikapnya yang berlagak sombong,
Gemblelengan
Nyunggi – nyunggi wakul kul
Gemblelengan
Wakul ngglempang segane dadi sak latar
Wakul ngglempang segane dadi sak latar
2. Lagu
Jamuran ; lagu ini merupakan lagu yang
mengiringi permainan Jamuran. Biasanya dimainkan lebih dari 4 anak, yang salah
satunya di tempatkan di posisi tengah kemudian yang lain bergandengan berjalan
melingkar sambil menyanyikan lagu Jamuran. Setelah lagu selesai, anak yang di posisi tengah disuruh memilih Jamur apa yang harus dimainkan oleh teman-temannya yang lain.
Jamuran yo ge gethok
Jamur opo yo ge gethok
Jamur gajih mberjijih sak ara ara
Sira mbadhe jamur opo?
3. Lagu
Sluku-sluku Bathok ; lagu ini
dinyanyikan sambil duduk dengan kaki selonjoran dan kedua tangan mengelus lutut
hingga pergelangan kaki dan dilakukan berulang sampai lagu selesai. Biasanya dimainkan sebagai pengusir lelah, sambil duduk dan bernyanyi.
Sluku sluku bathok
Bathokke ela elo
Si romo menyang Solo
Leh olehe payung kutho
Mak jenthit lo lo lo bah
Wong mati ora obah
Yen obah medeni bocah
Yen urip golekko dhuwit
4. Lagu
Cublak-cublak Suweng ; lagu ini
merupakan pengiring permainan Cublak-cublak Suweng. Dimainkan oleh lebih dari 3
anak, salah satunya menjadi penebak yang selama lagu dinyanyikan duduk bersujud
dan teman lainnya meletakkan telapak tangan kanan di punggung penebak sambil
menjalankan sebuah kertas kecil untuk digilir, ketika lagu berakhir si penebak
harus menebak kertas tersebut dipegang oleh anak yang mana.
Suwenge teng gelenter
Mambu ke tundhung gudel
Mak empo lera lere
Sopo ngguyu ndelikkake
Sir sir pong dhele kopong
Sir sir pong dhele kopong
5. Lagu
Padhang Rembulan ; lagu ini menggambarkan tentang keindahan bulan purnama dimana
saat itu anak-anak bermain di halaman rumah mereka sambil tertawa riang dan
bersenang-senang bersama.
Padhang bulan padhange koyo rino
Rembulane wis ngawe-awe
Ngelengake ojo podho turu sore
6. Lagu
Menthok ; lagu ini menceritakan
tentang gambaran seekor bebek (Jawa = menthok)
dengan segala tingkah lakunya.
Menthok menthok tak kandhani
Mung rupamu angisin-ngisini
Mbok yo ojo ngetok, ono kandhang wae
Enak enak ngorok, ora nyambut gawe
Menthok menthok mung lakumu
Megal megol gawe guyu
Lagu Dolanan Anak baiknya tidak
hanya dipandang sebagai sebuah lagu permainan atau hanya berisi kelakar saja,
karena sebuah lagu ini bisa menjadi identitas budaya sekelompok masyarakat. Hal
ini berdasarkan jenis-jenis lagu tersebut bisa dimasukkan dalam kategori lagu
daerah, yang membawa lagu dengan logat bahasa daerah masing-masing. Selain itu, Lagu Dolanan Anak juga menyiratkan sebuah nasehat atau petuah yang ditujukan
untuk anak-anak agar memiliki sikap ataupun taat pada norma tertentu. Oleh sebab
itu, janganlah kita melupakan atau meremehkan keberadaan lagu-lagu ini sebab
dapat membantu mendidik generasi muda berikutnya.
Di zaman yang serba K-Pop saat
ini lagu daerah mulai disepelekan, melihat semakin jarang anak-anak yang mampu
menyanyikan lagu dolanan daerah masing-masing. Umumnya mereka belum pernah
mendengar, bahkan cenderung malas mendengarkannya. Tentu saja sebagai generasi
pecinta budaya bangsa, kita berharap dan berusaha agar fenomena ini tidak
memburuk. Dalam hal ini peran serta orang tua sangat penting dalam
memperkenalkan Lagu Dolanan Anak kepada anak mereka. Sebagai lingkungan belajar pertama, keluarga berperan penting dalam mengenalkan dan mengajarkan
lagu-lagu ini. Kenalkanlah lagu-lagu dolanan anak kepada mereka, agar mereka
bisa belajar mencintai budaya daerah dan bangsa mereka mulai dari sebuah lagu. Jangan
sampai generasi Indonesia ke depan semakin melupakan budaya bangsa yang mereka
miliki. Seperti pepatah yang mengatakan Tak Kenal Maka Tak Sayang, seperti itu pula makna untuk keberadaan Lagu Dolanan Anak yang lebih tepat lagi bila diumpamakan dengan Tak Kenal Maka Tak Cinta. Tidak mau mengenal Lagu Dolanan Anak bisa berarti tidak mencintai budaya bangsa kita sendiri.
Komentar
Posting Komentar