Foto 1. Gedung Kesenian Bharata tampak depan. (Sumber: http://www.panoramio.com/photo/76711747) |
Kemarin, tepatnya tanggal 2 Mei 2015 saya bersama suami membuktikan
keberadaan wayang orang ini. Gedung Kesenian Bharata ini beralamat di Jalan
Kalilio No.15 Senen, Jakarta Pusat. Meskipun jarak gedung ini dari tempat
tinggal kami terbilang cukup jauh (1½ jam), namun tidak menyurutkan niat untuk
menyaksikan pertunjukan yang akan dimulai pada pukul 20.00 WIB. Macetnya
kondisi lalu lintas kota Jakarta saat malam Minggu sudah kami bayangkan
sebelumnya, maka kami pun berangkat lebih awal dan setiba di gedung ini
pertunjukan belum dimulai.
Takjub, terharu, dan senang karena akhirnya keinginan untuk
mengunjungi gedung ini terwujud. Dari luar gedung, saya seperti memasuki sisi
lain dari kota Jakarta. Bagaimana tidak? Gedung ini terletak di tengah kota, di
sebelah kanan dan kiri pun terdapat gedung-gedung menjulang selayaknya kota
metropolitan ini. Tak hanya itu keharuan saya, karena ketika masuk ke dalam
gedung dengan membayar tiket Rp 60.000,00 (VIP) saya tercengang dengan
banyaknya pengunjung pada malam hari itu. Rata-rata mereka berusia 40 tahun ke
atas, mungkin saya dan suami termasuk kategori usia paling muda (*hehe). Mereka
sangat antusias melihat pertunjukan wayang orang ini dan bernostalgia dengan
suasana klasik Jawa yang begitu melekat.
Perlu diketahui harga tiket di Wayang Orang Bharata ini
dibagi dalam 3 kelas, yakni:
Balcony
: Rp 40.000,00
Umum :
Rp 50.000,00
VIP :
Rp 60.000,00
Pertunjukan Wayang Orang Bharata dimulai pada pukul 20.00 WIB dan berakhir pukul
23.30 WIB. Cukup lama bila dilihat dari rentang waktunya, namun tidak demikian
jika kita menjadi salah satu penontonnya. Para penari menyajikan suguhan yang
menarik dan disesuaikan dengan karakter masing-masing.
Malam itu yang menjadi
bintang utama adalah peran Bagong karena pertunjukan digelar dengan lampahan
(cerita) Bagong Jadi Srikandi. Bagong menjadi karakter sentral dan diselingi
dengan banyak humor, hal ini menjadi salah satu alasan penonton tidak
jenuh hingga akhir pertunjukan. Di samping itu, bagi penonton yang tidak bisa berbahasa Jawa telah
disediakan Running Text (Teks
Berjalan) di atas stage yang berisi
uraian singkat setiap adegan dengan bahasa Indonesia. Bentuk Procenium Stage menjadi pilihan yang
tepat bagi pertunjukan ini, karena penonton dapat lebih fokus untuk melihat adegan
demi adegan dan scenery pun dapat
terlihat dengan lebih jelas.
Kompleks sangat kompleks gambaran pada malam hari itu. Dari segi
artistik, yakni tata panggung, tata suara, lighting, rias dan kostum, penari, penabuh gamelan, dan sindhen serta tim produksi pada malam itu sungguh Luar Biasa. Dan saya yakin pada malam-malam biasanya dan ke depan juga Luar Biasa.
Semoga keberadaan wayang orang ini menggugah semangat para seniman
dimana pun berada untuk terus berkarya dan berkreativitas. Tidak akan ada sekat
antara kesenian dan perkembangan zaman jika kita mampu berkreativitas dan
mengatasinya dengan bijaksana.
Salam Budaya..
Foto 2. Layar Utama Wayang Orang Bharata. (Kresna:2015) |
Foto 3. Layar bergambar Gunungan dengan tulisan Jawa. (Kresna:2015) |
Foto 4. Tarian pembuka bernama Tari Sekar Puri. (Kresna:2015) |
Foto 5. Gerak luwes pemeran Abimanyu. (Kresna:2015) |
Foto 6. Tokoh Prabu Kresna sedang bertutur bersama pemeran lainnya. (Kresna:2015) |
Foto 7. Tokoh Gatutkaca dengan sikap tegak dan gagah. (Kresna:2015) |
Foto 8. Tokoh Bagong yang menjelma menjadi Srikandi. (Kresna:2015) |
Foto 9. Tokoh Bagong yang menjelma menjadi Srikandi. (Kresna:2015) |
Foto 10. Lobby Gedung Kesenian Bharata. (Kresna:2015) |
Komentar
Posting Komentar